- Back to Home »
- fisika
Posted by : Unknown
Senin, 10 Maret 2014
KATA PENGANTAR
Puji Syukur
kami Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan Rahmat, Taufik,
Hidayah dan Inayah-Nya sehingga kami dapat menyusun laporan praktikum fisika
yang berjudul "PELAYANGAN DAN KISI DIFRAKSI” ini tepat pada waktunya.
Kami menyadari bahwa di dalam pembuatan laporan
praktikum ini tidak lepas dari berbagai hambatan dan rintangan, namun berkat
bantuan dan tuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan dari bantuan berbagai pihak segala
macam hambatan dapat teratasi. Untuk itu dalam kesempatan ini kami menghaturkan
rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
membantu dalam pembuatan tugas ini. Terutama kepada Bapak Kusmogo Waluyo ,
S.Pd. M.Pd. selaku pengajar dan pembimbing kami mata pelajaran Fisika di SMA 1
Kedungwuni.
Akhir kata semoga laporan praktikum fisika ini dapat
memberikan manfaat kepada para pembaca. Kami menyadari bahwa kami adalah
manusia yang mempunyai keterbatasan dalam berbagai hal. Oleh karena itu tidak
ada hal yang dapat diselesaikan dengan sangat sempurna. Begitu pula dengan
tugas ini yang telah kami selesaikan. Kami begitu menyadari bahwa laporan ini
masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya.
Untuk itu kritik dan saran dari pembaca sangat kami harapkan untuk
penyempurnaan tugas-tugas kami selanjutnya.
Penulis
Kelompok
3
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Tujuan
1. Tujuan diadakannya
praktikum pelayangan
ini adalah agar para siswa :
· Untuk
memperlihatkan terjadinya layangan.
· Dapat
menentukan hubungan frekuensi layangan dengan masing-masing getaran yang
menyebabkan layangan itu.
B. Waktu dan Tempat Praktikum
Waktu : 18 September 2013
Tempat : Laboratorium Fisika, SMA 1
KEDUNGWUNI
BAB II
LANDASAN TEORI
1. Pelayangan Gelombang
Pada saat dua gelombang dengan frekuensi sama bertemu,
kita akan melihat
prinsip superposisi linear
dapat menjelaskan konsep
interfrensi konsruktif dan interfrensi
deskruktif. Jika dua
gelomabang bunyi yang berfrekuensi berbeda
sedikit bertemu, ternyata
konsep superposisi linear
dapat juga menjelaskan konsep fenomena layangan. Karena arah
rambat kedua gelombang
bunyi sama maka
kedua gelombang bunyi tersebut
saling tumpang tindih
sepanjang perambatannya.
Gelombang resultan (jumlah kedua gelombang
bunyi posisinya paling
bawah) tampak seperti sebuah
gelombang tunggal di
mana amplitudonya selalu
berubah-ubah. Gelombang resultan bisa
diketahui dengan menerapkan
prinsip superposisi pada kedua gelombang
yang saling tumpang tindih. Fekuensi
kedua gelombang bunyi
sedikit berbeda sehingga
fasenya tidak selalu sama
sepanjang waktu. Pada
saat tertentu, kedua
gelombang bunyi tepat sefase,
pada saat tertentu
keduanya berbeda fase
pada saat tertentu
keduanya tepat berlawanan fase.
Ketika kedua gelombang
bunyi tepat sefase
maka terjadi interferensi konstruktif.
Dalam hal ini,
amplitudo gelombang resultan
bernilai maksimum (Amplitudo
berkaitan dengan intensitas.
Intensitas berkaitan dengan kenyaringan atau
kuat lemahnya bunyi.
Jika amplitudo maksimum
maka intensitas juga maksimum.
Dalam hal ini
bunyi terdengar lebih
keras).
Ketika kedua gelombang
bunyi tepat berlawanan
fase maka amplitudo
gelombang resultan bernilai nol (Tidak ada bunyi yang didengar).
Perubahan amplitudo gelombang
resultan berlangsung secara
terus menerus sepanjang waktu,
sepanjang perambatan kedua
gelombang bunyi yang berinterferensi. Adanya
perubahan amplitudo gelombang
bunyi secara terus menerus
ini menyebabkan perubahan kenyaringan
bunyi yang terjadi secara terus menerus, yang kita dengar sebagai
layangan.

Gambar 3.4 (a) Dua gelombang dengan frekuensi 16 Hz
(warna biru) dan 18 Hz (warna merah). (b) Superposisi dua gelombang dengan
frekuensi 16 Hz dan 18 Hz menghasilkan frekuensi layangan 2 Hz.
Ketika dua gelombang berinterferensi, perhatikan sebuah
titik dalam medium itu. Pergeseran masing-masing gelombang di titik itu dapat
digambarkan sebagai fungsi waktu (Gambar 3.4(a)). Panjang total sumbu waktu
menyatakan 1 s, sedangkan frekuensi masing-masing gelombang berturut-turut 16
Hz (grafik warna biru) dan 18 Hz (grafik warna merah). Berdasarkan prinsip
superposisi, kita menambahkan kedua pergeseran pada setiap saat untuk
menentukan pergeseran total pada saat itu. Hasil superposisi ditunjukkan pada
Gambar 3.4(b)). Pada saat
dan
kedua gelombang sefase. Artinya, kedua gelombang itu
saling memperkuat sehingga amplitudo totalnya maksimum. Akan tetapi, karena
frekuensinya sedikit berbeda, kedua gelombang itu tidak dapat sefase dalam
setiap waktu. Pada saat tertentu, misalnya
kedua gelombang
itu tepat berlawanan fase. Artinya, kedua gelombang itu saling meniadakan
sehingga amplitudo totalnya sama dengan nol. Gelombang resultan pada Gambar
3.4(b) tampak seperti sebuah gelombang sinusoidal tunggal yang amplitudonya
berubah-ubah dari maksimum ke nol dan kembali ke maksimum lagi.
Berdasarkan
uraian di atas, dalam waktu 1 s amplitudo resultan memiliki dua maksimum dan
dua minimum sehingga frekuensi perubahan amplitudo ini adalah 2 Hz. Perubahan
amplitudo ini menyebabkan perubahan kenyaringan yang dinamakan layangan dan
frekuensi di mana kenyaringan itu berubah dinamakan frekuensi layangan.
Frekuensi layangan sama dengan selisih kedua frekuensi gelombang yang
berinterferensi.
Kita akan membuktikan bahwa frekuensi layangan sama
dengan selisih antara frekuensi
dan
Diandaikan
atau
dengan
dan
berturut-turut
menunjukkan periode yang bersesuaian dengan frekuensi
dan
Jika kedua
gelombang itu mula-mula sefase pada
kedua gelombang
itu akan sefase lagi apabila gelombang pertama telah bergerak tepat satu siklus
lagi melebihi gelombang kedua. Hal ini akan terjadi pada nilai
yang sama
dengan
Jika
menunjukkan
jumlah siklus gelombang pertama dalam waktu
jumlah siklus
gelombang kedua dalam waktu
adalah
Jadi,
Dari dua persamaan ini
diperoleh,
Akan tetapi,
sehingga
Seperti telah
disebutkan di atas, frekuensi layangan sama dengan selisih antara kedua frekuensi
gelombang yang berinterferensi. Frekuensi layangan selalu positif, sehingga
pada Persamaan
(3-23) selalu menunjukkan frekuensi yang lebih tinggi.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Tujuan
1. Memperlihatkan
terjadinya layangan
2. Menentukan
hubungan frekuensi layangan dengan masing-masing getaran yang menyebabkan
layangan itu.
B. Alat
1. Plat
baja (gergaji besi)
2. 2
bandul yang sama
3. Benang
4. Statip
dan klem
5. Stopwatch
6. Penggaris
C. Kegiatan
J I2
k I1
P1
P2
1. Memasangkan
alat-alat seperti pada gambar!
2. Menentukan
dengan stopwatch frekuensi ayunan per menit dari masing- masing ayunan P1 dan
P2
Untuk P1
: f1 = 60
x 20= 42,85 ayunan/menit (1)
Untuk P2
: f2
= 60 x 20= 38,7 ayunan/menit (2)
Untuk fb 1=
3. Ketika
menentukan f2 angkat P2 sedikit
hingga I2 kendor.
4. Tentukan
waktu untuk melakukan 20 ayunan penuh, missal t detik maka f =
ayunan/menit.
Demikian pula menentukan f2 (dengan cara yang
sama)
(Sudah ada pada no. 2)
(Sudah ada pada no. 2)
5. Sekarang
P1 dan P2 diayunkan
berama-sama. Mula-mula P1
dan P2
diberi simpangan yang sama besar ± 10 cm dari sikap setimbangnya, dengan arah
yang sama, kemudian serentak dilepaskan.
Kedua ayunan (= getaran) dari P1 dan P2 mengadakan interferensi, yaitu bersama-sama
mempengaruhi plat baja. Perhatikan gerak(getar) titik ujung A yang
memperlihatkan hasil interferensi tersebut.
Jelaskan gerak ujung A yang Nampak
olehmu? Ujung A akan Nampak untuk
cenderung diam, Pada saat bersamaan ayunan mencapai
maksimum, namun ketika berlawanan simpangan mencapai minimum. (3)
Apa yang dapat anda ketahui tentang fase-fase getar
P1 dan P2 (getaran komponen)
pada saat :
a. Amplitude
getar A maksimum (kedua getar komponen saling memperkuat).
Pada
saat kedua bandul bergerak secara bersama-sama (Fb) (4)
b. Amplitude getar
A minimum (kedua getar komponen saling memperkuat)
Pada saat kedua bandul
bergerak berlawanan (5)
6. Terjadinya
perubahan amplitude (maksimum dan minimum) secara periodik akibat 2 getar
komponen disebut peristiwa layangan.
7. Hitunglah
frekuensi layangan pada percobaan di atas!
Petunjuk :
periode layangan = waktu dari maksimum ke maksimum berikut.
= waktu dari minimum ke minimum berikutnya.
Catatlah lamanya 2 periode layangan, yaitu waktu
dari terjadinya maksimum pertama (pada saat ini kedua ayunan serempak) hingga
maksimum ketiga, missal selama t detik maka periode ayunan=t/2 detik atau t/120
menit dan frekuensi ayunannya (kebalikan
dari periode) =120/t layangan per menit.
13,4 (6)
8. Ulangi
kegiatan tersebut di atas dengan menggunakan beban-beban yang sama tetapi
panjang ayunan 45 cm dan 55 cm.
25,4
Dan f2
= 60 x 20 = 37,50 Hz/menit
Hitunglah frekuensi layangan yang
terjadi pada kegiatan itu.
12,5
(9)
9. Dapatlah
anda menyimpulkan hubungan antara frekuensi layangan dengan frekuensi
masing-masing getar komponen dari data-data dalam table tersebut?
Frekuensi layangan
merupakan selisih antara masing-masing frekuensi komponen dari data-data dalam tabel tersebut?
∆f = 9,74 Hz fL
(Frekuensi Layangan) = 9,6 Hz (10)
Atau dapat dirumuskan :
Flayangan = fL dengan ∆f menjauhi (11)
10. Percobaan tersebut di
atas merupakan model/simulasi periatiwa layangan yang terjadi (terdengar)
jika kita dengarkan bersama-sama dua sumber bunti yang frekuensinya berbeda
sedikit.
Dalam model=simulasi
ini plat bei diumpamakan sebagai interferensi (12)
dan kedua ayunan sebagai sumber bunyi (13)
yang mengadakan interferensi dan
mengaibatkan terjadinya layangan.
11. Isikan dalam table hasil-hasil
percobaan 1 dan 2!
|
No. percobaan
|
Frekuensi ayunan 1
f1 (get/mnt)
|
Frekuensi ayunan 2
f2 (get/mnt)
|
f2 -f1
(get/mnt)
|
Frekuensi layangan
(layangan/mnt)
|
|
1.
|
42,85 Hz
|
38,7 Hz
|
4,15 Hz
|
4,8 Hz
|
|
2.
|
35,3 Hz
|
38,7 Hz
|
3,4 Hz
|
3,24 Hz
|
|
Perhitungan
Layangan
28 31
Fb1 =
4,8 Hz
|
34 31
Fb2
= 3.24 Hz
|
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari percobaan di atas dapat disimpulkan
bahwa:
· Peristiwa Layangan
1. Frekuensi
layangan merupakan selisih antara masing-masing frekuensi komponen
2. Pada saat P1 dan
P2 bergerak bersamaan, amplitudo getar A maksimum sedangkan
pada saat P1 dan P2 bergerak berlawanan,
amplitudo getar A minimum.
B. Saran
1. Sebelum
melakukan penelitian hendaknya mempersiapkan semua bahan dan alat yang hendak dipergunakan
terlebih dahulu;
2. Lakukanlah
kegiatan pengamatan sesuai dengan langkah-langkah kerja;
3. Dalam
melakukan pengamatan, hendaknya dilakukan dengan cermat dan teliti agar tidak
terjadi kesalahan-kesalahan;
LAMPIRAN FOTO








