- Back to Home »
- resensi buku CANTING CANTIQ
Posted by : Unknown
Kamis, 19 Maret 2015
CANTING
CANTIQ
A. IDENTITAS
BUKU
1. Judul : Canting Cantiq.
2. Pengatang : Dyan Nuranindya.
3. Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama.
4. Tahun
Terbit : Juli 2009.
5. Tebal
Buku : 208 halaman ; 20 cm.
6. Warna
Sampul : Putih.
7. Ilustrasi : Terdapat gambar seorang gadis
cantik yang mengenakan batik.
B. UNSUR
INTRINSIK
1. Tokoh :
a. Melanie
Adiwijoyo
b. Aryo
Adiwijoyo
c. Eyang
Santoso
d. Aryati
Sastra
e. Saka
f. Jhony
g. Dara
h. Dido
i.
Aiko
j.
Bima
k. Marco
l.
Mbok Darmi
m. Pak
Thomas
2. Watak :
a. Melanie
Adiwijoyo : manja, cuek, fashionable,
pekerja keras, dan pantang menyerah.
b. Aryo
Adiwijoyo : baik dan bujaksana.
c. Eyang
Santoso : baik,
bijaksana, dan pekerja keras.
d. Aryati
Sastra : cerewet, pekerja
keras, dan tidak mudah putus asa.
e. Saka : baik dan sopan.
f. Jhony : baik dan suka
dandan super nyentrik,
g. Dara : baik dan tomboy.
h. Dido : baik dan sopan.
i.
Aiko : baik, sopan, dan
lemah lembut.
j.
Bima : baik, sopan, dan
pendiam.
k. Marco : playboy
l.
Mbok Darmi : baik.
m. Pak
Thomas : baik, dan
bijaksana.
3. Alur : maju
4. Latar :
a. Tempat : Jakarta dan Yogyakarta
b. Waktu : pagi, siang, dan malam.
c. Suasana : menghibur.
5. Sudut
pandang : orang ketiga.
6. Amanat : janganlah mudah menyerah untuk menggapai
sesuatu yang kita inginkan.
C. SINOPSIS
NOVEL
CANTING
CANTIQ
Melanie Adiwijoyo, putri tunggal
pengusaha mebel sukses bernama Aryo Adiwijoyo. Belum lama ini ibunya meninggal
dunia akibat penyakit kanker. Sekarang Melanie hanya tinggal bersama ayahnya.
“Mel”, itulah panggilan akrab
Melanie. Mel bersekolah di SMA Permata Bhakti. Sekolah impian anak-anak di
Jakarta. Sorak sorai murid-murid SMA Permata Bhakti terdengar keras memenuhi
antero sekolah ketika seorang petugas menempelkan pengumuman kelulusan di
mading sekolah. Meskipun sudah bias dipastikan 100% murid SMA Permata Bhakti
bakalan lulus, lantaran punya otak brilian dan duit yang banyak.
Pagi itu, Mel masih tertidur nyenyak
di kamarnya, habis pulang dari clubbing bareng Marco. Tiba-tiba terdengar
gedoran lumayan kencang di pintu kamarnya. Ternyata yang menggedor-gedor pintu
adalah Mbok Darmi. Ia disuruh Papa Mel untuk menyuruh Melanie menemui Papanya
di ruang kerja. Papanya menyuruh agar untuk sementara waktu Melanie tinggal
bersama Eyang Santoso di Yogyakarta.
Beberapa menit yang lalu, pesawat
yang ditumpangi Mel mendarat di Bandara Adisucipto, Yogyakarta. Mel pernah ke
Yogya menjenguk Eyang Santoso. Tapi itu sudah lama sekali, waktu Mel masih
kecil. Bahkan kalau harus mengingat wajah Eyang Santoso pun ia lupa. Yang ia
ingat hanyalah postur tubuh Eyang Santoso yang gagah dan berwibawa.
Terbesit perasaan takut ketika
pertama kali Pak Thomas (pengacara papanya) berkata bahwa Mel harus mulai
terbiasa melakukan segala sesuatunya sendiri. Kemarin pengacara itu memberikan
alamat lengkap dan nomor telepon rumah Eyang Santoso.
Tak berapa lama kemudian, orang yang
disuruh menjemput Melanie pun tiba. Dan Mel diantar kesebuah rumah, tapi
letaknya agak terpencil dan lumayan jauh dari pusat kota Yogya. Di rumah itu
terdapat tulisan SODA 124. Berkali-kali Mel memencet bel di gerbang depan, tapi
tak ada seorang pun yang membukakan pintu gerbang itu. Ternyata gerbang itu
tidak dikunci, akhirnya Mel pun memutuskan untuk masuk ke dalam. Ternyata rumah
Eyang Santoso dijadikan sebuah kos-kosan. Dan tulisan SODA 124 di depan gerbang
itu berarti jalan Sodara No. 124 yang biasa disingkat SODA 124. Di rumah itu
tinggal beberapa remaja yang rata-rata masih pada kuliah. Diantaranya adalah
Saka, si cowok baik-baik yang mempunyai tutur kata lembut dan sopan banget.
Jhony, si cowok berambut kribo yang dandanannya super nyentrik. Dara, si cewek
tomboy. Dido, si cowok berkaca mata yang hobinya bermain koin logam. Ipank,
mahasiswa yang hobinya demo dan nak gunung. Aiko, si cewek berwajah oriental
yang suka banget pakai minyak telon. Dan yang terakhir ada Bima, si cowok
berwajah kalem, imut dan kelihatannya paling normal diantara semuanya.
Di rumah Eyang Santoso, Mel harus
terbiasa mengerjakan tugas-tugas rumah sendiri seperti anak-anak SODA yang
lainnya. Tak seperti biasanya, pagi ini Mel sudah selesai mengerjakan
tugas-tugasnya.
Yogya memang kota kecil yang indah.
Unsur tradisional dan modern menyatu di kota itu. Sepeda Saka berhenti di depan
Kafe Soda tempat Bima bekerja. Kafe itu terlihat nyaman dan luas. Semua
perabotannya berkesan natural. Malam ini di Kafe Soda akan ada peragaan busana
rancangan Aryati Sastra.
Suasana Kafe Soda malam itu sangat
ramai. Orang-orang dengan pakaian yang aneh-aneh menurut Mel, muncul di sana.
Naluri fashion police Mel mendadak muncul. Dalam hati ia sibuk mengomentari
penampilan para tamu yang hadir sambil menerka-nerka profesi mereka.
Lampu menyorot kea rah panggung.
Perlahan alunan suara karawitan terdengar. Bersamaan dengan itu, seorang wanita
bertubuh jenjang dengan balutan kebaya berwarna emas melenggak-lenggok di atas
panggung.
Tak
berapa lama kemudian dating seorang wanita menghampiri Mel. Ternyata wanita itu
adalah Aryati Sastra, seorang desainer ternama. Ia mengundang Melanie untuk
dating ke galerinya.
Minggu ini adalah minggu ketiga Mel
tinggal di rumah Eyang Santoso. Pagi-pagi dengan diantar Bima yang kebetulan ada
di Soda, Melanie mendatangi Galeri Aryati Sastra.
Kini Melanie menatap bangunan
berbentuk joglo dihadapannya. Rumah khas Jawa dengan pendopo lebar di depannya.
Interiornya serba kayu terukir indah. Pagarnya terbuat dari semak hijau. Di
bagian pintu masuk terdapat papan kayu bertuliskan “Galeri Aryati Sastra”.
Di galeri Aryati Sastra, Mel disuruh
belajar menjahit. Awalnya Mel tidak mau, karena ibu Aryati sangat cerewet. Tapi
berkat bujukan anak-anak SODA dan semangatnya yang tinggi, akhirnya Mel mau belajar
menjahit di Galeri Aryati Sastra.
Mel terus berusaha untuk membuat
remaja masa kini supaya menyukai batik dan mau mengenakannya dalam kehidupan
sehari-hari. Akhirnya Mel membuat model-model pakaian remaja yang dipadukan
dengan batik.
Karena melihat kesungguhan dan
semangat yang ada di diri Melanie, hingga akhirnya Aryati Sastra menawari
Melanie untuk membuat pagelaran busana karya Mel sendiri. Mel sangat senang
mendengar tawaran itu. Tapi ia bingung memilih model yang akan memperagakan
busananya. Akhirnya ia memutuskan bahwa yang akan menjadi model adalah
anak-anak SODA.
Hari yang ditunggu-tunggu Melanie
pun tiba. Kafe Soda malam itu ramai sekali, dan pagelaran busana rancangan
Melanie pun berlangsung sukses.
Setelah pagelaran tersebut selesai,
baju-baju rancangan Melanie pun mulai dikenal khalayak luas. Dan banyak sekali
pengunjung Galeri Aryati Sastra yang menanyakan baju-baju rancangan Mel.
Kini banyak sekali remaja yang
mengenakan baju rancangan Mel dengan merk “Canting Cantiq”. Berkat usaha, kerja
keras, semangat, dan dukungan dari teman-temannya kini baju rancangan Mel mulai
di kenal masyarakat luas. Dan kini Melanie pun dapat melanjutkan kuliah
fashionnya di Paris, Perancis.
D. TANGGAPAN
Tanggapan
saya terhadap novel Canting Cantiq ini adalah ceritanya sangat bagus. Mengajari
kita akan pentingnya kreativitas, kerja keras, serta semangat untuk menggapai
sesuatu yang kita ingikan. Karena sesungguhnya di dunia ini tidak ada yang
mustahil asalkan kita mau bekerja keras dan berusaha dengan sungguh-sungguh.
SINOPSIS
NOVEL (2)
CANTING
CANTIQ
Sinopsis ini disusun untuk memenuhi
tugas mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas X.

DISUSUN OLEH :
NAMA : ETY RAHMAWATI
KELAS : X.8
NO. INDUK : 6072
NO. ABSEN : 09
SMA
N 1 KEDUNGWUNI
TAHUN
AJARAN 2011/2012